Subhanallah!! Inilah Bekal dari Rasulullah untuk Fathimah setelah Menikah..
Setelah menolak lamaran Sayyidina Abu
Bakar ash-Shiddiq dan Sayyidina Umar bin Khaththab, Nabi Shallallahu
‘Alaihi Wa sallam mempersilakan Sayyidina Ali bin Abi Thalib untuk
menikah dengan putri kesayangannya, Fathimah az-Zahra binti Muhammad.
Inilah salah satu pernikahan agung yang senantiasa harum dalam teladan
sejarah hingga akhir zaman.
Tatkala itu, Sayyidina Ali bin Abi Thalib
tidak memiliki mahar yang banyak. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam
sebagai mertua dan pemimpin yang bijak menentukan mahar yang amat murah.
Sebagian riwayat menyebutnya dengan cincin yang terbuat dari besi.
Seharusnya, sampai di sini saja, kita
mesti merasa sangat malu dengan tindakan bodoh yang kerap dijadikan
hujjah oleh seorang perempuan Muslimah yang meminta mahar mahal kepada
calon suami atau seorang wali yang mensyaratkan kepada laki-laki yang
hendak menikahi anak-anaknya. Pasalnya, dalam pernikahan agung antara
anak Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam dan sepupu Nabi yang kelak
menjadi pemimpin kaum Muslimin ini, ada teladan memurahkan agar semuanya
terlaksana dengan mudah.
Harusnya, sebagai Muslimah, Anda bertanya
ke dalam nurani yang paling jujur; layakkah meminta mahar yang
mahal-meski dibolehkan-sementara kualitas Anda sangat jauh dari kualitas
Fathimah binti Muhammad dan suami Anda pun tak selayak Ali bin Abi
Thalib?
Setelah Sayyidatina Fathimah menikah,
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam memberikan bekal kepada anak gadisnya
itu. Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Imam an-Nasa’i Rahimahullahu
Ta’ala dari jalur Sayyidina Ali bin Thalib, “Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wa sallam membekali Fathimah dengan tikar, gentong air, dan
bantal yang rendanya dari kain beludru.”
Kawan, coba baca baik-baik riwayat ini.
Jangan hanya gunakan logika, tapi sentuhlah nuranimu sendiri.
Saksikanlah. Ini sebuah teladan amat nyata dari manusia paling mulia
untuk anaknya yang mulia. Ini contoh dari laki-laki paling agung, ayah
paling memesona, kepada anak gadis yang menjadi satu dari empat wanita
penghulu surga.
Cobalah berkaca dalam-dalam. Lihatlah
hatimu dengan pandangan yang paling jujur. Mungkinkah para Muslimah masa
kini berhasil menggapai derajat kemuliaan mereka jika dalam hal
serupa-meminta mahar dan bekal pernikahan-saja sudah sangat bertolak
belakang?
Seharusnya para Muslimah memahami. Ada
yang jauh lebih penting dari emas, harta, dan saldo tabungan untuk
diupayakan sebelum dan setelah pernikahan. Semua itu hanya pendukung,
bukan faktor utama untuk menggapai bahagia dan berkah dalam pernikahan.
Wallahu a’lam. [Pirman/Keluargacinta]