Menikah Itu Soal Berjuang Berdua. Tak Cukup Hanya Romantisme Saja !
Menikah memang menjadi impian banyak
orang. Sebelum menikah, kemapanan memang menjadi hal yang diperhitungkan. Wajar
bila ada pemikiran demikian. Karena ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan,
dari mulai resepsi, rumah, kendaraan, penghasilan bulanan, sampai asuransi
pendidikan untuk anak-anakmu kelak. Tidak ada yang salah dengan itu.
Tapi kemapanan tak berarti
kamu dan pasangan bisa langsung hidup bergelimpangan harta setelah menikah.
Layak untuk kamu tahu kalau membangun biduk rumah tangga juga soal perjuangan
bersama. Karena di situlah, kamu dan pasanganmu kelak belajar untuk saling
menguatkan. Lalui susah-senangnya bersama dan nikmati manis-getirnya berdua.
1. Dimulai dari nyicil KPR
berdua. Kelak cerita berhemat demi nyicil rumah ini jadi nostalgia manis dan
bisa kamu ceritakan ke anak-cucumu kelak.
Punya rumah sendiri tentu
impian banyak pasangan muda. Tak terkecuali kamu. Kamu yang bergerak ke arah
pelaminan. Bahkan kamu yang jomblo juga pasti berkhayal kalau menikah nanti
pasti ingin punya rumah sendiri. Jika masalahnya kamu dan calon pasangan mentok
di dana untuk membeli rumah, maka jalan keluarnya adalah dengan bekerja sama
bahu-membahu menyicil KPR. Untuk urusan yang satu tentu membutuhkan banyak
pengorbanan. Kamu dan pasangan yang saat pacaran rajin hang out tiap malam
mingguan, setelah menikah tentu harus pikir-pikir dulu. Tapi berduaan di rumah
cicilan dengan bertemankan nasi goreng bikinan pasangan, bukankah hal yang
romantis?
2. Keinginan untuk punya
mobil tertunda karena harus nyicil rumah. Toh masih ada motor yang setia
menemani kalian melangkah.
Demi punya rumah impian,
sementara budget ngepas, maka keinginan untuk punya mobil juga harus tertunda.
Alhasil kamu dan pasangan kemana-mana naik motor. Naik motor walau kadang
kehujanan, tapi itu juga moment yang bisa kamu kenang. Di tengah pasangan lain
yang masih dapat suntikan dana dari orangtua, kamu dan pasangan justru memilih
untuk menikmati perjuangan berdua.
3. Atau romantisan di
angkutan umum berdua. Pulang kerja janjian ketemuan di halte. Nggak apa-apa,
dinikmati aja..
Tak jarang kamu dan
pasangan memilih untuk naik angkutan umum saja. Halte menjadi tempatmu dan
pasangan bertemu di penghujung hari. Rutinitas kerja yang penat perlahan
hilang, seiring serunya kamu dan pasangan bertukar kisah. Orang bilang itu
miris, tapi bagimu itu kebahagiaan. Karena kamu bersyukur bisa melewati ini
dengan orang yang tepat.
4. Bahkan istilah yang
dangdut banget, sepiring berdua jadi moment indah yang pasti bakal terus
terkenang.
Istilah sepiring berdua
yang dulu sering kamu dengar, kini benar kamu dan pasangan rasakan. Alih-alih
merasa malu omongan orang, kamu dan pasangan cuek saja. Toh anggap saja dunia
milik kalian berdua. Moment miris tapi romantis ini juga akan selalu terkenang.
5. Tak selamanya
permasalahan financial jadi bencana. Momen ini justru jadi kesempatan kamu dan
dia untuk saling menguatkan.
Mengarungi biduk rumah
tangga tidak semudah naik sepeda bebek di taman hiburan. Terkadang banyak
cobaan yang harus kamu dan pasangan lalui. Kesulitan finansial yang sedikit
berat misalnya. Saat itulah justru ajang bagimu dan pasangan untuk saling
menguatkan. Saling berbagi tangis dan pelukan. Dan percaya akan adanya pelangi
sehabis hujan.
6. Ini bukan cerita
utopia, karena pada kenyataannya banyak pasangan hebat yang terlebih dahulu
mencecap getirnya berumah tangga. Pasangan ini buktinya.
Kamu pasti tahu dong kisah
cinta Ridwan Kamil, Wali Kota Bandung, dengan sang istri, Atalia Praratya. Kang
Emil menikah di usia yang terbilang muda untuk usia cowok, yakni 25 tahun dan
sang istri 23 tahun. Menikah di saat kondisi ekonomi yang belum begitu mapan
menjadi tantangan tersendiri. Dipecat dan kerja serabutan demi menafkahi
keluarga di negeri orang sudah pernah Kang Emil alami. Bahkan sang istri harus
melahirkan anak pertama mereka di sebuah rumah sakit gratis, khusus untuk warga
yang kurang mampu.
Kang Emil dan istrinya
kini bisa membuktikan bahwa melalui manis-getirnya berumah tangga itu bisa jadi
ajang untuk saling menguatkan kok.
Menikah di saat kamu dan
calon pasangan sudah mapan, tentu impian semua orang. Tapi, ketika takdir
mengharuskanmu dan dia untuk berjuang bersama, lantas apa yang kamu takutkan?
Kalau ternyata dia memang orang yang tepat, dengannya perihnya hidup bisa
diubah menjadi anugerah…