Inilah Kisah Mengharukan Seorang Pendeta di Pedalaman Kalimantan Memeluk Islam,Ternyata Ini Alasan Ia Masuk Islam..
Seorang mantan pendeta Kristen Protestan menuliskan sebuah surat yang ditujukan kepada Tuan Syaikh Abdurrozzaq, dalam surat tersebut mantan pendeta tersebut menerangkan bagaimana kronologis akhirnya dirinya memeluk agama Islam.
Mantan pendeta yang tinggal di Pedalaman
Kalimantan tersebut bernama Robert Tanhu Mangkulang dengan nama Islam
Abdurrahman Al Islami.
Abdurahman Al Islami belum sempat
mengirimkan surat tersebut, mungkin karena sakit yang dideritanya, akan
tetapi surat tersebut ditemukan oleh saudaranya yang non muslim
ditumpukan buku-bukunya sebulan setelah wafatnya.
Berikut ini isi suratnya dikutip dari website resmi Ustadz Firanda Adireja
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله
Kepada yang saya cintai karena Allah Tuan Syaikh Abdurrozzaq semoga Allah memberkahi anda.
Perkenalkan nama saya Robert Tanhu
Mangkulang dengan nama Islam Abdurrahman al Islami 58 tahun, berasal
dari suku Dayak Kalimantan.
Sebelumnya saya minta maaf bila
mengganggu waktu anda dan aktifitasnya. Saya ingin menceritakan kisah
singkat tentang kehidupan saya dan juga harapan saya di akhir hidup saya
yang tersisa.
Saya masuk Islam pada tanggal 15
Desember 2011, mulanya saya masuk Islam dan mengenal Agama Islam karena
keraguan agama yang saya yakini, di keluargaku 6 bersaudara semuanya
berbeda agama, ada hindu paganisme, kristen katholik dan protestan, tapi
tidak ada satu pun yang masuk Islam karena keluarga kami menganggap
Islam agama yang rumit dan sulit.
Selama 30 tahun lebih saya menjadi
misionaris protestan dan terakhir menjadi kepala gereja di seluruh kota
di Kalimantan, tepatnya di Kutai Barat, selama itu pula saya diberikan
kecukupan rezeki harta dan jabatan yang layak karena itulah tujuan para
pendeta, dari keenam kali pernikahan saya tidak dikaruniai anak
keturunan, harta yang saya punya dipakai untuk bersenang-senang dan
habis di meja judi.
Di akhir masa tua ini saya merasa takut
dan gelisah dengan agama yang saya yakini yaitu kristen protestan. Tidak
membawa ketenangan dan ketentraman, sebelum saya mengenal Islam ini
saya meneliti dan membanding-bandingkan kitab-kitab injil saya dengan
kitab yang dulu, ada sisi yang kontradiktif antara satu dan lainnya,
ditambah lagi saya ingin menghabiskan masa tua di tempat kelahiran saya.
Sebulan kemudian saya memutuskan untuk
pergi meninggalkan gereja demi niat saya untuk pindah mencari ketenangan
hati. Singkat cerita kami, yaitu saya dan murid saya yang mengantar
sampailah di satu pelosok kabupaten Paser yang mayoritas 90 prosen
adalah penganut paganisme dan animisme, namun selama puluhan tahun
ditinggalkan ada sedikit berbeda, ada beberapa orang yang masuk agama
Islam diantaranya mantan mertua yaitu bapak istri saya ketiga ternyata
sudah menjadi muslim.
Seperti biasa di pagi hari saya selalu
berkeliling untuk berolahraga, sengaja saya melewati rumah bekas istri
saya karena penasaran kami berdiskusi dan berdialog dengan mereka,
padahal dulu mereka adalah orang-orang yang nakal dan brutal namun ada
perubahan drastis dengan sikap perilaku dan penampilan yang islami.
Tuan Syaikh Abdurozzaq desa kami desa
terisolir dan jauh dari keramaian, selama puluhan tahun tidak ada da’i
atau ustadz yang masuk ke pedalaman, lalu saya tanyakan kepada mereka
apa yang menyebabkan mereka masuk Islam? Mereka bercerita ada seorang
pemuda jawa yang datang dari kota kecamatan selalu datang membawa alat
penghisap darah penyakit dan mengamalkan agamanya, karena keramahan dan
budi pekerti yang baik mereka belajar, dari mulai 2 keluarga yang masuk
Islam hingga 30 keluarga (setara 40 orang dewasa 18 anak kecil) yang
belajar tentang agama Islam.
Selesai berdialog mereka memberi buku
kecil berjudul “Sebab-Sebab Kebahagiaan” karya Syaikh Abdurozzaq dan
buku Bekam Sunnah Nabi dan Mukjizat Medis. Sampai di rumah sebelum tidur
saya membaca dan merenungi tiap makna dari lembaran buku itu, entah
kenapa badan saya merinding, dada bergemuruh karena takjub dengan
penjelasan kebahagiaan yang saya cari selama ini.
Puluhan tahun saya berkhotbah di hadapan
jamaah, baru kali sekarang saya mendapat suatu kata indah walaupun ada
beberapa yang kurang dimengerti dalam bahasanya tapi saya faham akan
maksud dan tujuan si penulis.
Keesokan harinya saya bertemu dengan
teman-teman di desa untuk menanyakan kapan pemuda itu kembali akan
datang? ternyata hari itu mereka sudah ada janji untuk menjemput lewat
sungai karena daratan berlumpur setelah hujan lebat.
Setelah ketemu kami yaitu saya
mengutarakan niat saya untuk memeluk agama Islam maka dengan keyakinan
yang kuat saya mengucapkan syahadat di hadapan 8 laki-laki dewasa dan 4
wanita walaupun agak sulit karena saya belum terbiasa dan tidak bisa
maka saya dituntun untuk membaca “Laailaha illallah Muhammad
Rasulullah”.
Pemuda tadi memegang erat tangan saya
dan memeluknya tubuh ini dengan haru lalu dia ucapkan “Bapak sekarang
menjadi saudara saya dalam Islam maka berbahagialah bapak dengan jaminan
Allah, bahwa dengan taat kepada perintah Allah dan Rasul-Nya kita akan
bertemu di surga”
Setelah itu kami berbincang dan berbagi
pengalaman, dan saya tanyakan kepada pemuda ini dimana saya bisa bertemu
dengan penulis ini buku, sambil menunjukkan buku yang saya bawa.
Ternyata pemuda ini pun belum pernah bertemu atau melihat langsung
Syaikh Abdurrozzaq, dia hanya mendengar suara di radio swasta sebelum
dia merantau ke Kalimantan, bahkan bila ada kunjungan penulis buku ini
dia tidak bisa hadir karena kemampuannya untuk datang ke Jakarta.
Dua minggu kemudian dia datang kembali
membawa buku-buku pelajaran cara praktis membaca al-Quran dan papan
tulis, sekaligus memberi kabar gembira bahwa Syaikh Aburrozzaq akan
datang bulan Februari di Jakarta tahun 2012, maka saya katakan ke
padanya “Mari kita berangkat ke Jakarta, masalah ongkos saya yang akan
tanggung, bawa juga keluargamu”. Namun dia menolak dengan alasan bahwa
dia mengajarkan agama bukan karena harta dan iming-iming materi dunia,
tapi saya bersikeras untuk memberi dia uang. Selama dua tahun naik turun
bukit pemuda ini hanya digaji dengan ikan dan pisang sedangkan saya
diberi sesembahan para jamaah setiap minggu.
Akhirnya dia menerima dan membelikan tiket untuk keberangkatan kami di bulan Februari 2012 bersama keluarganya.
Sejak saat itu kami belajar dan saya pun
belajar dengan sungguh-sungguh akan kebaikan Islam, umumnya di suku
kami tidak ada paksaan untuk memeluk agama lain karena perbedaan agama
boleh asal jangan mengganggu adat istiadat yang ada di desa kami yang
mayoritas hindu paganisme.
Di pagi hari badan saya sakit semua,
hernia kambuh dan seluruh kaki terasa berat digerakkan, dengan bantuan
tetangga dibawa ke poliklinik terdekat lalu saya diobati dengan
obat-obatan seadanya karena klinik kampung yang ada di desa tidak ada
petugas yang jaga itupun yang mengobati adalah bidan kampung/dukun anak.
Seminggu kemudian pemuda ini datang dan
berniat untuk menjemput saya ke rumahnya serta tinggal beberapa hari di
rumah samping mushola, namun takdir berkata lain jangankan untuk jalan,
berdiripun tak mampu. Pemuda ini membacakan beberapa do’a dan dia
meminta madu dan air serta diminumkan kepada saya, sore harinya saya
agak membaik, bisa jalan tertatih-tatih, saya minta ijin tidak hadir
dalam pengajian iqro dan ia pun mengerti.
Saya mengatakan kepadanya bahwa saya
tidak bisa bertemu atau datang ke jakarta, sampaikan salam dan tolong
tuliskan rasa terima kasih kepada Syaikh Abdurozzaq, saya akan ke rumah
teman yang ada di kabupaten untuk melihat tayangan langsung, kebetulan
dia mempunyai parabola. Akhirnya pemuda ini berangkat bersama
keluarganya ke jakarta, ada seorang ibu yang menitipkan barang untuk
Syaikh berupa tas karena kecintaan beliau kepada tuan Syaikh
Abdurrozzaq.
Hari minggu 19 februari 2012, hari itu
saya sangat senang melihat wajah anda Syaikh Abdurrozzaq, walaupun ada
gangguan dan sinyal yang buruk tapi ada pelajaran yang bisa diambil
“bahwa bila kita ingin meraih cinta Allah harus mendahulukan
perintah-perintah-Nya”. Saya ingin sekali mendengar tapi suara, gambar
dan tayangannya tersendat-sendat, sehingga waktu itu saya jadi berfikir
kenapa saya tidak memaksakan berangkat ke jakarta.
Tuan Syaikh Aburrozzaq sejak itu pula
saya mulai mengerti arti kehidupan dalam pandangan Islam bahwa dunia
hanya sementara sedangkan akhirat kekal dan abadi.
Ada kejadian yang membuat saya miris dan
sedih, pemuda tadi dicegat dan diinterogasi oleh sebagian aparatur
desa, yang ironisnya mereka adalah muslim, mereka menganggap pemuda ini
mengajarkan ajaran menyimpang karena itu dia tertahan dan tidak bisa
mengajar lagi, lalu datanglah saudara kami “Maris” salah satu tokoh yang
masuk Islam dia menjelaskan kepada aparatur desa bahwa dia hanya
mengajarkan baca tulis al-Quran.
Dua bulan tiga bulan sampai satu tahun
dia tidak pernah datang lagi, apalagi setelah kami warga muslim
ikut-ikutan ritual belian (pemanggilan roh-roh halus), mau tidak mau,
suka atau tidak suka kami harus mengikutinya adat-istiadat karena ini
solidaritas suku.
Tuan Syaikh Abudrrozzaq pemuda ini tidak
pernah datang lagi, kami memaklumi dan mengerti dia membutuhkan
perubahan dari kami dan juga perjuangan untuk melawan adat tapi kami
tidak mampu, dan lagi beliau juga perlu penghasilan untuk keluarga
semoga Allah memudahkan urusan pemuda ini.
Tuan Syaikh Abdurrozzaq semoga dengan
tulisan ini dan sampainya tulisan ini di hadapan anda semoga ada da’i
atau ustadz yang mau ke tempat kami, dulu waktu kami menjadi misionaris
kami bisa ke pelosok-pelosok tapi umat Islam yang kata anda rahmat
semesta alam tidak ada yang bertahan ke pedalaman. Maka disisa umurku
ini saya berharap bisa bertemu di surga kelak. Saya mempunyai penyakit
kronis bisa saja setelah ini Allah mencabut nyawa saya, sekali lagi
terimakasih untuk anda dan Islam.